Sabtu, 04 April 2015

ARGUMENTASI

ARGUMENTASI
Oleh: Peni puspito


A.    Pendahuluan
Bila kita menyaksikan sebuah pertengkaran, sering kali kita lihat orang yang terlibat dalam pertengkaran tersebut selalu berusaha menghindar atau mempertahankan diri dari kesalahan-kesalahan yang dituduhkan kepadanya. Ia selalu berusaha menghindar dari kesalahan-kesalahan ucapannya dan mencari pembenaran-pembenaran yang dapat dipercaya oleh lawannya. Demikian pula ketika kita menyaksikan sebuah persidangan, untuk menyelesaikan sebuah kasus di pengadilan antara Jaksa, Hakim, dan Terdakwa masing-masing selalu terlibat dalam sebuah perdebatan yang juga selalu mempertahankan pernyataannya dengan mencari pembenaran-pembenaran yang logis. Dalam dunia akademik pun hal-hal serupa juga sering kita jumpai ketika para akademisi sedang berdebat tentang penemuan teori barunya.
Fenomena semacam ini sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai makluk sosial dan berbudaya, manusia selalu mempergunakan budidayanya untuk selalu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Dalam rangka ini manusia selalu mempergunakan akal yang logis sehinga dapat memiliki posisi dihadapan manusia dan lingkungannya. Perdebatan-perdebatan yang diarahkan pada pemikiran yang logis atau apapun namanya sering muncul dalam sebuah interaksi social, dan untuk itu manusia akan membutuhkan argumentasi.
Tulisan ini ingin mengupas tentang apa dan bagaimana argumentasi itu. Karena tulisan ini merupakan studi literature dan ditulis dengan sangat singkat tentunya banyak sekali kekurang-kekurangan di dalamnya, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan oleh penulis.

B.     Pengertian
Menurut Vincent, dalam bukunya yang berjudul Becoming A Critical Thinker: A Mater Student texts Argumen diartikan sebagai: the statement of a point of view and the evidence that supports it in a way intended to be persuasive to other people.”jadi argumentasi merupakan suatu pernyataan yang didukung oleh bukti-bukti yang dapat mengubah atau mempengaruhi pikiran orang lain. Argumen juga dapat diartikan sebagai proses untuk memperkuat suatu klaim melalui analisis berpikir kritis berdasarkan dukungan dengan bukti-bukti dan alasan yang logis. Bukti-bukti ini dapat mengandung fakta atau kondisi objektif yang dapat diterima sebagai suatu kebenaran (Inch & Warnick, 2006)
Dari dua pengertian ini, jelaslah bahwa argumentasi itu adalah suatu pernyataan (klaim) yang bukan semata-mata diucap dengan tanpa dasar. Argumentasi harus selalu berorientasi pada data, fakta atau bukti-bukti yang objektif sehingga dapat diterima kebenarannya. Olehkarenanya untuk berargumentasi seseorang akan melakukan kegiatan analisis dan berpikir kritis. Lebih jauh lagi argumentasi juga memiliki sifat persuasif atau dapat mengubah mau pun mempengaruhi  pikiran orang lain.  Hal ini juga ditegaskan oleh Driver dan teman-teman, bahwa argumentasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk menganalisis informasi kemudian dikomunikasikan kepada orang lain. (Driver, Newton, & Osborne. 1998).
Definisi lain dari istilah argument seperti yang dikutip oleh Fathiaty Murtadho, yakni suatu kegiatan verbal sosial dan rasional yang bertujuan untuk meyakinkan suatu kritik yang wajar terhadap penerimaan suatu pandangan dengan mengajukan suatu konstelasi preposisi yang membenarkan atau membantah preposisi yang dinyatakan di dalam suatu sudut pandang. Selanjutnya, argumentasi juga merupakan kegiatan rasional karena pada umumnya argumen didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan intelektual. (Van Eemeren dan Rob.Grootendorst, 2004: 1-2). Menurut Mark Vorobej, bahwa argumen memuat ungkapan-ungkapan lisan atau tertulis, dan pernyataan atau presentasi publik yang disampaikan individu pada umumnya merupakan suatu tindak komunikatif yang terpisah, dengan batasan-batasan wilayah dan waktu yang ditentukan secara jelas (Mark Vorobej, 2006: 3). Besnard dan Hunter menyatakan bahwa argumentasi pada umumnya mencakup aktifitas mengidentifikasi asumsi-asumsi dan simpulan-simpulan yang relevan dari suatu masalah yang dianalisis. Argumentasi juga mencakup aktifitas mengidentifikasi konflik yang hasilnya diperlukan untuk mendukung atau menolak kesimpualan-kesimpulan tertentu. (Philippe Besnard dan Anthony Hunter, 2008: 2-3).
Dalam hal ini, berarti argumentasi adalah suatu kegiatan yang terkait dengan rasionalisasi ungkapan dan tentunya terkait dengan pengembangan penalaran atau logika serta intelektualitas. Bentuk argumentasi ini dapat berupa lisan dapat pula berupa tulisan. Menurut Vincent argumen dapat bervariasi dalam panjang dari satu kalimat untuk sebuah esai singkat atau bahkan ke 100.000-kata buku. Jenis yang paling sederhana dari argumen terdiri dari menyatakan apa yang kita pikirkan dan mengapa kita berpikir itu. Sedangkan dalam bentuk yang lebih panjang atau kompleks argumen mengandung jaringan pernyataan atau klaim, bersama-sama dengan data pendukung (2009: 187).

C.     Argumen dan Logika
Sebelum membahas dimana hubungan antara argumen dan logika, sebaiknya kita mengingat kembali tentang posisi logika dalam pengetahuan. Menurut berbagai sumber, dapat kita pahami bahwa ilmu atau sains bisa disebut sebagai pengetahuan, namun demikian tidak semua pengetahuan itu bisa disebut sains. Suatu missal, seseorang mengetahui sebuah mobil, hal ini berarti belumlah dapat disebut sains. Bisa disebut sains bila orang tersebut mengetahui secara sistematik dan menyeluruh tentang sebuah mobil tersebut. Oleh karenanya sains bukanlah semata-mata pengetahuan, namun suatu pengetahuan yang disertai dengan sebuah metodologis, sistematis, akurat dan lengkap.
Menurut Hamid Fahmy Zarkazy, dalam kaitannya dengan metodologi, Ilmu dibagi sedikitnya dapat dikelompokan dalam dua jenis, yakni  1) ilmu Alam (natural sciences), dan 2) ilmu normatif (normative sciences). Ilmu Alam, ruang lingkup pembahasannya mengarah pada sesuatu sebagaimana adanya (things as they are), sedangkan ilmu normatif, membahas tentang bagaimana seharusnya sesuatu itu (things they should be). Dari kedua katagori ini, logika itu termasuk dalam kategori ilmu normatif, sebab logika mengkaji pemikiran, tidak sebagaimana adanya, tapi bagaimana seharusnya. Selain logika, dalam ilmu normatif ini terdapat pula estetika dan etika.
Kita sering mendengar istilah logika, namun tidak semua orang banyak paham apa itu logika. Banyak para pakar mengatakan bahwa logika ini merupakan kerangka dari ilmu atau pengetahuan, tanpa logika mustahil ilmu atau pengetahuan itu dapat berkembang. Menurut Jan Hendrik Rapar (1996: 10) seperti dikutip oleh Firdaus bahawa Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional; selajutnya masih dalam kutipan Firdaus menurut Louis O. Kattsoff (1987: 28) logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus. Ilmu pengetahuan ini mengurai tentang aturan-aturan serta cara-cara untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh seperangkat premis.
Bila kita pahami bahwa pengertian argumentasi adalah suatu proses untuk menganalisis data, fakta atau bukti-bukti yang objektif sehingga dapat diterima kebenarannya dan aktifitasnya meliputi mengidentifikasi asumsi-asumsi hingga kesimpulan-kesimpulan, maka hal ini tidak jauh berbeda dengan pemahaman kita tentang logika. Sehingga kalau dapat disimpulkan maka logika itu adalah Ilmu tentang Argumen dan argumen itu sendiri adalah logika. Walaupun demikian ada perbedaan yang harus diperhatikan dari keduannya yakni terutama mengenai istilah yang dipergunakan, seperti yang kekemukakan oleh Gorys Kerap, bahwa dalam argumen partama-tama lebih menekankan pada istilah salah dan benar. Sebaliknya dalam logika lebih menggunakan istilah valid (absah) dan invalid (tidak absah). Salanjutnya ditegaskan pula, bahwa dalam bentuk formal yang diperlukan untuk menurunkan sebuah kesimpulan dipenuhi, maka silogisme dinyatakan absah. Bila silogisme itu absah, maka dengan sendirinya kesimpulan yang diperoleh juga bersifat absah. Dalam argumentasi, yang dijadikan persoalan adalah apakah semua proposisi bersama itu benar atau tidak. Suatu misal:
Premis mayor: Semua tukang becak itu adalah pekerja keras.
Premis minor: Edi adalah seorang tukang becak.
Kesimpulannya: Jadi Edi adalah pekerja keras.
Dalam bentuk formal, silogisme di atas dapat bersifat absah. Namun sebagai argumen, silogisme itu tidak meyakinkan, karena proposi mayornya salah atau diragukan kebenarannya. Akan tetapi, jika kita bisa menerima proposisi mayornya, maka kesimpulannya dapat bersifat absah. Oleh sebab itu, dalam bentuk argumen penulis harus yakin bahwa semua premis mengandung kebenaran, sehingga ia dapat mempengaruhi sikap pembaca. Untuk membuktikan sesuatu, silogisme bukan saja harus mengandung sebuah struktur yang absah tetapi juga proposisinya harus mengandung pernyataan-pernyataan yang benar.

D.    Argumentasi dan Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran yang dimaksud di sini adalah suatu proses interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar di lingkungan belajar yang saling bertukar informasi. Dalam proses belajar semacam ini tentunya masing-masing pebelajar mau pun pembelajar berharap mendapat manfaat dari proses belajar tersebut. Oleh karenanya kemudian tujuan pembelajaran pada akhirnya menjadi tuntutan utama dalam proses belajar ini.
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dicapai dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat pahami sebagai bentuk perilaku kompetensi yang spesifik, aktual, dan terukur sesuai dengan yang diharapkan (terjadi, dimiliki, atau dikuasai) siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.  Menurut Magner (1962) tujuan  pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh  peserta didik sesuai kompetensi; sedangkan  Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik  yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan  yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Bila kita kembali pada pemahaman argumentasi, maka argumentasi adalah suatu kegiatan yang terkait dengan rasionalisasi ungkapan dan tentunya terkait dengan pengembangan penalaran atau logika serta intelektualitas.Seperti yang dikutip oleh Hamid Fahmy Zarkasyi, argumentasi merupakan proses yang digunakan seseorang untuk menganalisis informasi kemudian dikomunikasikan kepada orang lain. Untuk terlibat dalam argumentasi diperlukan keterampilan penalaran dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dengan lebih baik (Driver, Newton, & Osborne, 1998; Mortimer & Scott, 2003).
Seperti dikatakan Marttunen (2005), maka argumentasi dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Berargumentasi juga akan dapat meningkatkan hasil belajar dan kinerja siswa. Demikian ditegaskan pula oleh Cross, Hendricks, & Hickey (2008), bahwa belajar argumentasi dapat memperkokoh pemahaman konsep, memungkinkan siswa mendapatkan ide-ide baru yang dapat memperluas pengetahuan, dan menghilangkan miskonsepsi yang dialami siswa. Pada akhirnya dengan argumentasi akan  memperoleh suatu landasan kuat dalam memahami suatu konsep secara utuh dan benar.

E.     Membuat Argumetasi
Dalam kehidupan nyata, tidak mudah kita mengidentifikasi sebuah argumen. Ini disebabkan oleh tidak adanya sistem yang mudah, kecuali kita dapat mengidentifikasi mana yang premis dan mana yang kesimpulan. Selain itu pula, dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu kita temukan argumentasi dalam bentuk yang baku. Bentuk baku dari argumentasi ini berciri pada adanya premis-premis dan kesimpulan. Contoh yang paling sederhana dari bentuk baku ini, misalnya:
Premis mayor: Martha adalah putri ibu Harti
Premis minor: Ibu Harti sekeluarga tinggal di jalan Soetopo
Kesimpulannya: Martha putri ibu Harti tinggal di jalan Soetopo
Langkah awal yang harus dipahami oleh seseorang untuk membuat argumen ini, adalah memahami adanya bentuk baku dari sebuah argumen seperti contoh sederhana tersebut di atas. Tanpa memahami hal ini maka argumen yang dibuatnya sulit untuk dipahami atau bahkan akan menjadi fallacy (sesat pikir).
Menurut M. Guntur Hamzah, fallacy diartikan sebagai proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, dan menyesatkan. Fallacy merupakan gejala berpikir yang salah disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansi. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa kegagalan dalam membuat argumentasi ini ada 2 (dua) faktor, yakni:
1.      Memuat premis yang terbentuk dari proposisi yang keliru.
2.      Memuat premis-premis yang tidak berhubungan dengan kesimpulan yang akan dicari.
Contoh premis yang keliru:
      Premis mayor: Semua manusia yang hidup harus makan nasi
      Premis minor:  kehidupan ikan juga tergantung dari nasi
      Kesimpulan: jadi manusia dan ikan hidupnya tergantung dengan nasi
Contoh premis yang tidak berhubungan:
Premis mayor: Rambut Mirna lurus berwarna hitam pekat
Premis minor: Pagar rumah Adi lurus berwarna hitam pekat
Kesimpulan: Jadi rambut mirna sama dengan pagar rumah Adi
Untuk memahami sebuah argumen dalam kehidupan nyata tidaklah selalu dihadapkan pada bentuk-bentuk argumen baku, kadang kita sering menemukan kesulitan untuk memahami sebuah argumen karena antara premis dan kesimpulan tidak disusun secara baku. Oleh karenanya, utuk mengatasi kesulitan tersebut pelajarilah sebuah argumen secara cermat; tulis dan kenali kembali argumen tersebut dalam bentuk baku bila Anda belum yakin; janganlah berada pada posisi untuk membela siapa pun. Jeremias Jena mengatakan, bahwa untuk mengidentifikasi sebuah argumen ada kata-kata yang dapat digunakan sebagai indikator premis dan indkator kesimpulan. Indikator premis, di antaranya:
Ø  Sejak…
Ø  Pertama, kedua, dan seterusnya…
Ø  Karena…
Ø  Ini merupakan implikasi dari…
Ø  Bedasarkan…
Ø  Sebagaimana ditunjukan…
Ø  Sebagaimana diindikasikan…
Ø  Dapat disimpulkan…
Sedangkan indikator kesimpulan dapat dilihat dari kata-kata sebagai berikut:
Ø  Implikasi lebih lanjut adalah…
Ø  Kita dapat menimpulkan bahwa…
Ø  Hal ini memperlihatkan bahwa…
Ø  Jadi,…
Ø  Dengan demikian…
Ø  Sesuai dengan itu…
Ø  Konsekuensinya…
Ø  Maka…
Ø  Karena itu… dan sebagainya.
Selanjutnya menurut Gorys Keraf, bila Anda ingin membuat atau menusun sebuah argumen, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
1.      Penulis harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Dengan demikian, penulis dapat memperdalam masalah dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk memperkuat data dan informasi yang telah diperolehnya.
2.      Penulis harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah di antata fakta-fakta yang diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, atau justru akan memperlemah pendapat lawan.
3.      Penulis harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas, harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu pula, ia harus mengemuukakan konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.
4.      Penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskan itu.
5.      Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud mana yang lebih memuaskan penulis untuk menyampaikan masalahya.
Selain hal-hal tersebut di atas, untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian sebuah argumentasi, Gorys menganjurkan 4 (empat) sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap penulis, yakni:
1.      Argumentasi harus mengandung kebenaran untuk merubah sikap dan keyakinan orang mengenai topic yang akan diargumentasikan.
2.      Penulis harus berusaha menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.
3.      Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah. Sedangkan tujuan argumentasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan.
4.      Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan.
Sebagaimana layaknya dalam membuat sebuah tulisan, dalam penyajian sebuah argument sebaiknya harus meliputi 3 (tiga) komponen baku, yakni: pendahuluan, inti, dan penutup atau kesimpulan. Hal ini ditegaskan pula oleh Gorys, bahwa dalam penulisan argumentasi harus terdiri dari: pendahuluan, tubuh argumen, serta kesimpulan dan ringkasan. Selanjutnya gorys menjelaskan:
1.      Bagian pendahuluan,
Bagian ini merupakan bagian yang penting dalam upaya menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan. Sebuah argumentasi itu harus memancarkan kebenaran atau kekuatan untuk mempengaruhi sikap pembacanya, oleh karena itu dalam bagian ini tidak boleh dimasukkan hal-hal yang kontroversial. Untuk menentukan apa dan seberapa panjang bahan yang diperlukan dalam bagian ini, setidaknya penulis harus mempertimbangkan beberapa hal, yakni: a) menegaskan mengapa persoalan itu perlu dibicarakan pada saat ini. Bila hal itu dianggap waktunya lebih tepat untuk di kemukakan, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat ini, maka fakta-faktanya akan merupakan suatu titik tolak yang sangat baik; b) menjelaskan latar belakang sejarah yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang hendak diargumentasikan, sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang mendasar mengenai hal yang hendak diargumentasikan; c) harus membedakan persoalan yang menyangkut selera dan persoalan yang membawa ke konklusi yang objektif.
2.      Bagian tubuh argumen,
Pada bagian ini, pengarang harus terus menerus memposisikan diri di pihak pembaca, dengan menanyakan apakah evidensi itu sudah dapat diterima bila ia berposisi sebagai pembaca, apakah evidensi itu sungguh-sungguh mempunyai hubungan dengan pokok persoalan, apakah tidak ad acara lain yang lebih baik, dan seterusnya. Perlu ditegaskan, bahwa evidensi itu harusmerupakan suatu proses yang selektif, dengan menampilkan bahan-bahan terbaik saja dengan enolak evidensi-evidensi yang kurang baik.
3.      Bagian kesimpulan dan ringkasan,
Bagian ini tidak mempersoalkan topik mana yang akan dimukakan dalam argumentasi, yang penting harus dijaga adalah agar konklusi yang disimpulkan tetap memelihara tujuan yang ingin disampaikan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai, serta kenapa konklusi-konklusi itu dapat diterima sebagai sesuatu yang logis. Bila dalam tulisan-tulisan biasa, dimana tidak boleh dibuat kesimpulan, maka dapat dibuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesuai dengan urutan argumen-argumen dalam tubuh karangan tersebut.

F.      Mengevaluasi Argumen
Melibatkan diri pada suatu konsep argumentasi atau bahkan hingga usaha pengembangannya, diperlukan ketrampilan bernalar dan pengetahuan serta fakta-fakta yang akurat. Hal ini seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa argumentasi itu adalah sebuah kegiatan yang terkait dengan rasionalisasi ungkapan, sehingga sangat terkait dengan pengembangan penalaran atau logika serta intelektualitas. Olehkarenanya, untuk mengetahui kualitas sebuah argument dibutuhkan suatu analisis yang mengarah pada kualiatas bernalar, pengetahuan, serta fakata-fakta yang digunakan untuk dasar membuat argumentasi. Eduran (2008) mengatakan, bahwa argumen yang kuat memiliki banyak pembenaran yang relevan dan spesifik untuk mendukung kesimpulan dengan bukti-bukti konsep yang akurat. Adapun ciri-ciri argumentasi yang lemah ditunjukkan dengan tidak adanya pertimbangan pengetahuan ilmiah, tidak akurat, tidak spesifik, dan  tidak tepat. Selanjutnya dikatakan pula, dalam menilai kualitas suatu argumen dapat dilihat dari dua demensi, yakni demensi kualitas konseptual dan demensi kualitas epistemologikal. Kualitas konseptual diukur berdasarkan kemampuan dalam mengartikulasikan klaim kausal yang spesifik dan dapat memberikan jaminan antara klain dan data yang memadai. Untuk menilai kualitas epistemologikal, dapat dilukur dari kemampuan menunjukan data atau fakta sebagai penjamin klain, kemampuan menulis dan penjelasan kausal yang koheren terhadap fenomena, serta menunjukan berbagai referensi yang tepat tentang data.
Dalam pandangan Toulmin, membangun argumen itu adalah membuat sebuah klaim dan mengumpulkan bukti-bukti yang dapat menyakinkan para pembacanya. Oleh sebab itu setelah mengumpulkan bukti-bukti atau alasan yang masuk akal untuk mendukung klaim, sebaiknya kita evaluasi kembali apakah bukti-bukti tersebut sudah benar-benar mendukung klaim yang kita buat atau dengan kata lain apakah kita yakin bahwa bukti-bukti tersebut dapat menjamin klaim yang sedang kita perjuangkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi ulang pemakaian bukti-bukti yang kita gunakan untuk membuat sebuah argumen, yakni:
1.      Apakah Anda tertekan oleh bukti?
Bukti yang tidak mendukung argumen Anda harus diperhitungkan, bukannya diabaikan. Pastikan bahwa Anda tidak mengabaikan bukti-bukti yang menantang atau merusak argumen Anda.
2.      Apakah Anda memanipulasi bukti?
Kadang-kadang kita menggali informasi yang tidak terlalu mendukung  pandangan kita. Tetapi kita memerlukan informasi untuk membuat argumen kita tetap kokoh. Dalam hal ini, janganlah Anda memanipulasi informasi sesuai dengan tujuan kita sendiri, kecuali Anda mengakui manipulasi tersebut untuk diserahkan kepada pembaca, dan biarkan dia untuk menilai apakah manipulasi Anda adalah salah satu yang wajar.
3.      Apakah Anda memiliki cukup bukti?
Tinjaulah pernyataan utama argumen Anda dan mempertimbangkan apakah masing-masing pernyataan hanya meyakinkan berdasarkan bukti saja. Apakah Anda menemukan diri Anda dengan mengandalkan retorika Anda sendiri untuk membuat pernyataan tersebut? Jika iya, mungkin Anda perlu untuk kembali ke sumber-sumber bukti Anda.
4.      Apakah Anda memiliki terlalu banyak bukti?
Lihatlah tulisan Anda, apakah bagian yang Anda kutip melebihi karangan Anda sendiri? Jika demikian, mungkin argumen Anda telah terkubur di bawah argumen orang lain. Kemungkinan juga, bahwa pembaca Anda akan sulit menemukan informasi-informasi yang ada buat. Dia akan kesulitan untuk menemukan argumen Anda yang sebenarnya dalam tulisan Anda.
5.      Apakah bukti Anda masih berlaku dan dapat dapat dipercaya?
Ini tidak berarti Anda tidak dapat menggunakan sumber yang sudah lama. Pertanyaan ini bermaksud menghindarkan Anda dari resiko yang disebabkan oleh penggunaan bukti yang nantinya dapat melemahkan perspektif Anda sendiri. Selain itu, Anda juga perlu memastikan bahwa sumber Anda benar-benar dapat dipercaya.
6.      Apakah bukti Anda cukup kuat untuk menjamin klaim Anda?
Pertimbangkan baik-baik, mengapa Anda percaya bahwa bukti Anda sudah cukup kuat. Apakah bukti-bukti tersebut berdasarkan penelitian yang Anda lakukan? Berdasarkan keahlian Anda dalam bidang tersebut? Ataukah asumsi dan kepercayaan umum? Jika bukti itu berdasar pada alasan asumsi dan kepercayaan umum, maka Anda perlu memeriksa kembali asumsi tersebut.
Kiranya mengevaluasi argument merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, agar argument yang kita buat tidak menjadi argumen yang tidak menyakinkan atau bahkan menyesatkan.  Vincent dalam bukunya yang berjudul Becoming A Critical Thinker: A Mater Student texts. Mengemukakan pendapatnya tentang langkah-langkah strategis untuk menevaluasi argumen. Langkah strategis ini  ditujukan agar sebuah argument itu dapat dibuktikan lebih masuk akal dari pada hanya sebagai argumen yang mengarah pada bentuk persaingan. Ada lima langkah startegi untuk mengevaluasi argumen yang kompleks, yakni:
Langkah 1: Identifikasi fakta dan opini,
Langkah awal yang harus dilakukan adalah memahami tentang fakta dan opini yang tersurat dalam sebuah argumen. Menyaring pendapat sentral untuk memahami pandangan penulis terhadap masalah yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Biasanya pendapat sentral ini dinyatakan dalam atau setelah pendahuluan dan diperkuat dalam kesimpulan. Mencatat bukti (informasi factual) yang ditawarkan. Selanjutnya mengetahui hubungan mendasar antar bagian dari sebuah argumen dapat membantu mengidentifikasi pendapat dan bukti pendukung yang lebih efektif dan akurat. Mengetahui hubungan mendasar antara bagian-bagian dari sebuah argumen dapat membantu Anda mengidentifikasi pendapat dan bukti pendukung yang lebih efektif. Meringkas pendapat utama yang ditawarkan dengan cara: 1) ditulis sebanyak-banyaknya dengan menggunakan kata-kata sendiri, 2) mencatat bagian yang inti dari argument, pendapat primer dan sekunder, serta catatan singkat tentang bukti yang digunakannya, 3) jika ingin menambahkan komentar sendiri tempatkan pada kode tanda kurung sehingga dapat dibedakan antara komentar anda dengan ide-ide penulis.
Langkah 2: Periksa fakta dan uji pendapat,
Langkah ini hanya dilakukan pada catatan atau ringkasan yang telah Anda buat. Mulailah dengan memeriksa fakta laporan utama untuk diverifikasikan bahwa hal ini benar-benar faktual. Selanjutnya, uji pendapat primer dan sekunder penulis, dengan menggunakan satu atau lebih pendekatan berikut ini:
1)      Konsultasikan pengalaman sehari-hari.
2)      Pertimbangkan pendapat itu dengan kemungkinan konsekuensinya.
3)      Pertimbangkan implikasinya.
4)      Pikirkan pengecualian.
5)      Pikirkan tandingan.
6)      Terbalik pendapat.
7)      Carilah penelitian yang relevan.
Pendekatan ini untuk memeriksa fakta dan menguji pendapat yang dapat untuk menunjukkan kekuatan dan kelemahan dari argumen yang sederhana; namun, untuk argumen yang lebih kompleks biasanya memerlukan riset tambahan.
Langkah 3: Melakukan penelitian,
Tujuan utama melakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pendapat dan interpretasi fakta-fakta yang berbeda dari hasil analisa yang ada dalam argumen Anda. Pendapat dan interpretasi tersebut mungkin belum diperkuat oleh buku-buku referensi. Dalam proses ini diharapkan adanya usaha berpikir kritis untuk menyangkal wawasan anda sendiri. Melakukan kajian terhahap berbagai sumber sangat diperlukan untuk menganalisis argumen Anda.
Langkah 4: Evaluasi bukti,
Pada tahap ini, Anda telah banyak mengumpulkan sebagian besar materi yang mungkin perlu untuk dipilah-pilahkan mana yang sesuai (sepakat) atau mana yang tidak sesuai (tidak sepakat). Cara yang baik untuk melakukan ini adalah dengan membuat spreadsheet. Setelah itu tinjau kembali spreadsheet yang telah diberikan kepada orang untuk memberikan pandangannya baik secara kuantitas maupun kualitas. Kemudian buatlah review terhadap bukti-bukti yang sudah terakumulasi dalam penelitian Anda.
Langkah 5: Membuat keputusan Anda,
Setelah mengevaluasi berbagai aspek masalah, Anda akan siap untuk menggabungkan hasil evaluasi tersebut menjadi evaluasi masalah yang menyeluruh. Di sini Anda sudah dapat membuat keputusan walau mungkin keputusan tersebut kadang tidak disepakati oleh sebagian kecil kelompok, namun hal ini tetap dianggap menjadi keputusan yang jauh lebih baik.
G.     Penutup
Argumen bukanlah sebuah perdebatan yang ingin menjatuhkan lawan dengan cara yang kurang nalar, namun argumen harus dipandang sebagai hal yang sangat penting terkait dengan suatu pengembangan logika. Argumen dan logika adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argmen itu adalah logika dan logika itu merupakan ilmu tentang argumen. Belajar menyusun argumentasi sangat diperlukan dalam proses pebelajaran, hal ini akan membantu siswa dalam meningkatkan ketrampian berpikir kritis yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk membuat argumentasi setidaknya dibutuhan pemahaman dasar tentang bentuk baku, sehingga dalam pengembangannya tidak akan terjadi kesalahan atau fallacy. Terkait dengan kualitas sebuah argument, diperlukan evaluasi yang terukur dan sistematis. Untuk mengevaluasi kualitas argumenttasi dapat diukur dari sisi konsep dan epistemologis. fakta atau bukti-bukti argument harus juga disajikan setelah dievaluasi keberadaannya, selanjutnya dibutuhkan sebuah prosedur untuk mengevaluasi argument agar didapatkan hasil yang lebih efisien dan akurat.
Akhirnya mudah-mudahan tulisan yang sangat sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan.

DAFTAR PUSTAKA


Fathiaty Murtadho. 2013. Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi: Alternatif Sarana Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi. 2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013)

Gorys Keraf. Bab ‘Penalaran’ Argumentasi dan Narasi Karangan. Diposting oleh hitamat pada tanggal 25-03-2013. alamat: https//hitamart.wordpress.com/ 2012/03/25/bab-penalaran-argumentasi-dan-narasi-karangan-gorys-keraf/

Hamid Fahmy Zarkasyi. Arti Berpikir Logis dan Argumentatif. http://choirul-alquds.blogspot.com/2011/08/arti-berfikir-logis-dan-argumentatif.html

http://dausmaczman.blogspot.com/2013/12/konsep-dasar-logika_25.html


vincent Ryan Ruggiero. 2009. Becoming a Critical Thinker. Bostom:Houghton Mifflin Company.




2 komentar:

  1. Salam kepada semua warga negara Indonesia, nama saya INDALH HARUM, TOLONG, saya ingin memberikan kesaksian hidup saya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Tuhan mendukung saya melalui ibu yang baik, LASSA JIM , Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan menolak, maka saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tetapi saya curang dan saya kehilangan lebih dari 50 juta rupiah dengan pemberi pinjaman yang berbeda karena saya mencari pinjaman (Rp800) setelah membayar biaya dan tidak mendapat pinjaman. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi Salam kepada semua warga negara Indonesia, nama saya INDALH HARUM, TOLONG, saya ingin memberikan kesaksian hidup saya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Tuhan mendukung saya melalui ibu yang baik, LASSA JIM, Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan menolak, jadi saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tetapi saya menipu dan kehilangan lebih dari 50 juta rupiah dengan Pemberi pinjaman karena saya mencari pinjaman (Rp800) setelah membayar biaya dan tidak mendapat pinjaman. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan seorang teman saya, Harum kemudian memperkenalkan saya kepada Ny. LASSA JIM, seorang pemberi pinjaman di sebuah perusahaan bernama ACCESS LOAN FIRM sehingga teman saya meminta saya untuk melamar ibu LASSA, jadi saya mengumpulkan keberanian dan menghubungi Ms. LASSA.
    Saya mengajukan pinjaman 2 milyar rupiah dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui tanpa tekanan dan semua pengaturan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan keamanan untuk transfer pinjaman yang baru saja saya katakan kepada dapatkan perjanjian lisensi, aplikasi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari 48 jam pinjaman itu disetorkan ke rekening bank saya.
    Saya pikir itu hanya lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya dikreditkan dengan jumlah 2 miliar. Saya sangat senang bahwa Tuhan akhirnya menjawab doa saya dengan memesan pinjaman saya dengan pinjaman asli saya, yang memberi saya keinginan hati saya. mereka juga memiliki tim ahli yang akan memberi tahu Anda tentang jenis bisnis yang ingin Anda investasikan dan cara menginvestasikan uang Anda, sehingga Anda tidak akan pernah bangkrut lagi dalam hidup Anda. Semoga Tuhan memberkati Mrs. LASSA JIM untuk membuat hidup saya lebih mudah, jadi saya sarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. LASSA melalui email: lassajimloancompany@gmail.com

    Anda juga dapat menghubungi nomor JIM ibu LASSA whatsApp +1(301)969-1955.

    Akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena telah meluangkan waktu untuk membaca kesaksian sejati hidup saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar Tuhan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Sekali lagi nama saya adalah INDALH HARUM, Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: Indalhharum@gmail.com

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.